Orang-Orang Terbungkam (Albert Camus)

Gambar Produk 1
Promo
Terlaris
Rp 10.000 Rp 5.000
Judul: Orang-Orang Terbungkam
Penulis: Albert Camus
Penerbit: Jendela, 2011
Isi: 211 halaman (6 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF

Camus, sastrawan Prancis, keturunan Spanyol, kelahiran Aljazair. Sering digolongkan sebagai filsuf eksistensialis, dan penulis yang banyak mengusung tema-tema absurd dalam tulisannya.

Absurdisme, sebuah paham yang menganggap bahwa usaha manusia untuk mencari arti hidup akan bermuara pada kegagalan, dan kecenderungan melakukan itu adalah sesuatu yang absurd. Absurdisme sendiri berhubungan dengan eksistensialisme.

Cukup menarik menapaki jejak pemikiran Camus melalui tulisan fiksinya. Fiksi absurd. Camus, yang menganggap hidup adalah absurd, di mana perjalanan hidup manusia mengarah ke masa depan, sementara masa depan itu mendekatkan pada kematian. Sebuah pencarian sia-sia, ketidakjelasan untuk memahami dunia yang tidak bisa dipahami.

Untuk 'lari', manusia kadang bersembunyi dalam agama, ideologi, atau bunuh diri. Namun, Camus tidak menyepakati itu sebagai solusi. Solusi yang ditawarkannya adalah pemberontakan (perlawanan; perjuangan). Menghadapi hidup dengan berani, tanpa takut pada kematian yang tidak diketahui kapan menjemput.

Bertolak dari pemikiran itu, maka cerpen-cerpen Camus di buku ini lebih seperti gambaran peristiwa yang pada ujungnya bisa tidak bermakna. Cerpen-cerpen yang dibungkus dalam kesatiran, humor, irasional, realistik fantastik, maupun pengungkapan sisi psikologis tokoh, dalam rangkaian peristiwa pergumulan batin. Beberapa rasa yang tertangkap, mengingatkan pada karya Budi Darma dalam Orang-Orang Bloomington.

Berbeda tipikal dengan cerpen-cerpen dalam sastra Indonesia, di mana tema, amanat, penokohan, alur, dan lain-lain bisa ditangkap dengan lebih jelas. Di sini, semua elemen tidak bisa dianggap jelas. Hanya sebagian kecil dari isi cerpen yang memiliki struktur plot yang jelas.

Namun, penelitian dari Universitas California, Santa Barbara, dan Universitas British Columbia (2009), menyatakan membaca cerita-cerita absurdis meningkatkan kemampuan menemukan pola. Pola dalam cerita adalah sebuah bentuk konsistensi. Dan pembaca yang mencari konsistensi dalam cerita yang terpecah, akan melatih peningkatan mekanisme proses kognitif. Proses kognitif adalah proses berpikir, kemampuan menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan.

Maka, inti dari cerpen-cerpen yang dituliskan Camus, memaparkan cara pikir manusia dalam menghadapi situasi hidup, serta aksi yang bisa jadi dinilai tidak berguna atau tidak jelas (absurd).

Sebuah pesan, bahwa dalam kehidupan yang terpenting adalah perjuangan. Perjuangan sendiri semestinya sudah cukup untuk membuat hati manusia bahagia dalam menjalani hidup.