Fellow Traveller: Peranan Palu Arit dalam Kehidupan Bangsa Indonesia
Promo
Judul: Fellow Traveller: Peranan Palu Arit dalam Kehidupan Bangsa Indonesia
Penulis: Soetoyo N.K.
Penerbit: Yayasan Karya Citra Bangsa, 2010
Isi: 386 Halaman (4 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF Scan (teks tidak bisa dicopy)
Sutoyo NK mengungkapkan bahwa buku yang ditulisnya dilatarbelakangi dengan banyaknya pemahaman terkait ideologi yang identik dengan berbagai kasus pembantaian besar-besaran umat manusia tersebut. “Saya membuat tulisan ini pada dasarnya bukan untuk mengingat-ingat masa lalu atau membuka luka lama. Tapi saya ingin coba memberi pandangan lain kepada pembaca sesuai dengan fakta-fakta sejarah yang ada,” kata Sutoyo.
Salah satu fakta menyebutkan bahwa dulu Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan huru-hara bukan dalam konteks kemerdekaan tapi untuk memperluas komunisme internasional. Kemudian manipulasi juga kerap terjadi, contohnya dalam Pemberontakan PKI di Madiun, Amir Syarifuddin ketika itu menyebarkan isu yang menuduh Moh. Hatta berkolaborasi dengan Amerika Serikat (AS) untuk menghilangkan komunisme di Indonesia.
“Selain itu, PKI juga kemudian menyebar kebohongan dalam sejarah perkembangan bangsa,” tambah pria yang dulu lebih sering dipanggil Mayjen (Purn) TNI Sutoyo. Menurutnya, kelebihan buku ini adalah mengangkat fakta kejadian jumat berdarah 1 Oktober 1965. Ia menjelaskan bahwa panggung utama ketika itu ada di pangkalan udara Halim Perdana Kusuma. “Siapa berbuat apa, berada di mana, dan untuk apa? Semua tercantum dalam buku ini,” lengkap Sutoyo.
Penulis: Soetoyo N.K.
Penerbit: Yayasan Karya Citra Bangsa, 2010
Isi: 386 Halaman (4 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF Scan (teks tidak bisa dicopy)
Sutoyo NK mengungkapkan bahwa buku yang ditulisnya dilatarbelakangi dengan banyaknya pemahaman terkait ideologi yang identik dengan berbagai kasus pembantaian besar-besaran umat manusia tersebut. “Saya membuat tulisan ini pada dasarnya bukan untuk mengingat-ingat masa lalu atau membuka luka lama. Tapi saya ingin coba memberi pandangan lain kepada pembaca sesuai dengan fakta-fakta sejarah yang ada,” kata Sutoyo.
Salah satu fakta menyebutkan bahwa dulu Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan huru-hara bukan dalam konteks kemerdekaan tapi untuk memperluas komunisme internasional. Kemudian manipulasi juga kerap terjadi, contohnya dalam Pemberontakan PKI di Madiun, Amir Syarifuddin ketika itu menyebarkan isu yang menuduh Moh. Hatta berkolaborasi dengan Amerika Serikat (AS) untuk menghilangkan komunisme di Indonesia.
“Selain itu, PKI juga kemudian menyebar kebohongan dalam sejarah perkembangan bangsa,” tambah pria yang dulu lebih sering dipanggil Mayjen (Purn) TNI Sutoyo. Menurutnya, kelebihan buku ini adalah mengangkat fakta kejadian jumat berdarah 1 Oktober 1965. Ia menjelaskan bahwa panggung utama ketika itu ada di pangkalan udara Halim Perdana Kusuma. “Siapa berbuat apa, berada di mana, dan untuk apa? Semua tercantum dalam buku ini,” lengkap Sutoyo.