Braiding Sweetgrass: Indigenous Wisdom, Scientific Knowledge and the Teachings of Plants
Judul: Braiding Sweetgrass: Indigenous Wisdom, Scientific Knowledge and the Teachings of Plants
Penulis: Robin Wall Kimmerer
Penerbit: Milkweed Editions, 2013
Isi: 409 Halaman (12 MB)
Bahasa: Inggris
Format: Ebook PDF
Sebagai seorang ahli botani, Robin Wall Kimmerer telah dilatih untuk mengajukan pertanyaan tentang alam dengan alat sains. Sebagai anggota Bangsa Warga Potawatomi, dia menganut anggapan bahwa tumbuhan dan hewan adalah guru tertua kita. Dalam Braiding Sweetgrass, Kimmerer menyatukan kedua lensa pengetahuan ini untuk membawa kita pada “sebuah perjalanan yang sama mistisnya dengan ilmiahnya, sakralnya juga historisnya, sepintarnya bijaksananya” (Elizabeth Gilbert).
Menggambarkan kehidupannya sebagai seorang ilmuwan pribumi, dan sebagai seorang wanita, Kimmerer menunjukkan bagaimana makhluk hidup lainnya —aster dan goldenrod, stroberi dan labu, salamander, ganggang, dan rumput manis— menawarkan kita hadiah dan pelajaran, bahkan jika kita sudah lupa caranya, mendengar suara mereka. Dalam refleksi yang berkisar dari penciptaan Pulau Penyu hingga kekuatan yang mengancam perkembangannya saat ini, dia berputar ke arah argumen utama: bahwa kebangkitan kesadaran ekologi membutuhkan pengakuan dan perayaan hubungan timbal balik kita dengan seluruh dunia yang hidup. Karena hanya ketika kita dapat mendengar bahasa makhluk lain kita akan mampu memahami kemurahan hati bumi, dan belajar memberikan hadiah kita sendiri sebagai balasannya.
Penulis: Robin Wall Kimmerer
Penerbit: Milkweed Editions, 2013
Isi: 409 Halaman (12 MB)
Bahasa: Inggris
Format: Ebook PDF
Sebagai seorang ahli botani, Robin Wall Kimmerer telah dilatih untuk mengajukan pertanyaan tentang alam dengan alat sains. Sebagai anggota Bangsa Warga Potawatomi, dia menganut anggapan bahwa tumbuhan dan hewan adalah guru tertua kita. Dalam Braiding Sweetgrass, Kimmerer menyatukan kedua lensa pengetahuan ini untuk membawa kita pada “sebuah perjalanan yang sama mistisnya dengan ilmiahnya, sakralnya juga historisnya, sepintarnya bijaksananya” (Elizabeth Gilbert).
Menggambarkan kehidupannya sebagai seorang ilmuwan pribumi, dan sebagai seorang wanita, Kimmerer menunjukkan bagaimana makhluk hidup lainnya —aster dan goldenrod, stroberi dan labu, salamander, ganggang, dan rumput manis— menawarkan kita hadiah dan pelajaran, bahkan jika kita sudah lupa caranya, mendengar suara mereka. Dalam refleksi yang berkisar dari penciptaan Pulau Penyu hingga kekuatan yang mengancam perkembangannya saat ini, dia berputar ke arah argumen utama: bahwa kebangkitan kesadaran ekologi membutuhkan pengakuan dan perayaan hubungan timbal balik kita dengan seluruh dunia yang hidup. Karena hanya ketika kita dapat mendengar bahasa makhluk lain kita akan mampu memahami kemurahan hati bumi, dan belajar memberikan hadiah kita sendiri sebagai balasannya.