Habis Gelap Terbitlah Terang (R.A. Kartini)

Gambar Produk 1
Promo
Terlaris
Rp 10.000 Rp 5.000
Judul: Habis Gelap Terbitlah Terang
Penulis: R.A. Kartini
Penerbit: Balai Pustaka, 2011
Isi: 257 Halaman (4 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF Scan (teks tidak bisa dicopy)

Habis Gelap Terbitlah Terang adalah buku kumpulan surat yang ditulis oleh Kartini. Kumpulan surat tersebut dibukukan oleh J.H. Abendanon dengan judul Door Duisternis Tot Licht. Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa.

Buku Habis Gelap Terbitlah Terang diterbitkan kembali dalam format yang berbeda dengan buku-buku terjemahan dari Door Duisternis Tot Licht. Buku terjemahan Armijn Pane ini dicetak berulang kali. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Armijn Pane menyajikan surat-surat Kartini dalam format berbeda dengan buku-buku sebelumnya. Ia membagi kumpulan surat-surat tersebut ke dalam lima bab pembahasan. Pembagian tersebut ia lakukan untuk menunjukkan adanya tahapan atau perubahan sikap dan pemikiran Kartini selama berkorespondensi. Pada buku versi baru tersebut, Armijn Pane juga menciutkan jumlah surat Kartini. Hanya terdapat 87 surat Kartini dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang". Penyebab tidak dimuatnya keseluruhan surat yang ada dalam buku acuan Door Duisternis Tot Licht, adalah terdapat kemiripan pada beberapa surat. Alasan lain adalah untuk menjaga jalan cerita agar menjadi seperti roman. Menurut Armijn Pane, surat-surat Kartini dapat dibaca sebagai sebuah roman kehidupan perempuan. Ini pula yang menjadi salah satu penjelasan mengapa surat-surat tersebut ia bagi ke dalam lima bab pembahasan.

Membaca buku ini akan mengembarakan pada kedalaman ruang pikir dan rasa seorang almarhumah Kartini terhadap kehidupan. Banyak pemikirannya yang tidak sejalan dengan mayoritas masyarakat pada umumnya. Mulai dari menggugat adat istiadat yang merendahkan manusia, diskriminasi kaum perempuan, hingga pertentangan-pertentangan batin dirinya sendiri. Sangat menarik membaca surat-surat pribadinya dengan Nyonya Abendanon, hubungan yang sangat intim hingga almarhumah Kartini memanggil beliau dengan panggilan Ibu.