Kisah‐Kisah dari Tanah Merah: Cerita Digul Cerita Buru

Gambar Produk 1
Promo
Rp 10.000 Rp 5.000
Judul: Kisah‐Kisah dari Tanah Merah: Cerita Digul Cerita Buru
Penulis: Tri Ramidjo
Penerbit: Ultimus, 2009
Isi: 232 Halaman (2 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF

Tri Ramidjo lahir di Grabag Mutihan, Kutoardjo, Jawa Tengah, 27 Februari 1926. Di zaman pendudukan Jepang mengikuti Sekolah Latihan Perwira AD dan lulus terbaik. Pada tahun 1948—1949 pernah menjadi penarik becak sambil belajar sendiri hingga lulus SMP dan SMA. Pernah bekerja di Algemeene Volks Crediet Bank, Departemen Pekerjaan Umum, dll. Pernah belajar sedikit tentang ekonomi di Jepang, lulusan Fakultas Ekonomi dari Universitas Waseda, Tokyo, angkatan 1962-1967.

Pekerjaan yang terberat adalah bekerja di “Proyek Kemanusiaan” —Soeharto Orba— di Pulau Buru sebagai petani paksa kalau tidak mau dikatakan sebagai “tapol”. Pernah menjadi pengasah pisau dan gunting keliling daerah Menteng, Jakarta Pusat. Pernah menjadi pengajar bahasa Indonesia untuk orang asing terutama orang Jepang dan mengajar bahasa Jepang untuk orang Indonesia. Sekarang menjadi penganggur dan pelamun masa depan yang gemilang yang belum juga kunjung datang.

Buku ini semacam memoar berupa catatan-catatan berupa kenangan dan renungan hidup seseorang. Buku ini bukan jenis buku fiksi. Memang mengandung fiksi juga, dalam arti renungan dan penilaian jalan hidupnya sendiri. Dengan demikian semua tulisan sebenarnya ada fiksinya, yakni subjektivitas penulisnya. Pengetahuan objektif itu tidak ada. Setiap pengetahuan membawa diri dan sikap “yang memberi tahu”. Tri Ramidjo adalah “korban” perjuangan kemerdekaan orang tuanya. Orang tuanya adalah “korban” dari perjuangan ideologisnya. Kita sedang memasuki alam pikiran para korban ini. Kalau saya Tri Ramidjo zaman itu, apakah saya akan berpikiran dan berperasaan semacam itu? Dan bagaimana kalau saya adalah Tri Ramidjo itu? Jangan melakukan hal-hal yang orang lain tak ingin melakukannya padamu. Itulah ajaran hampir semua kepercayaan, yakni menekan dalam-dalam egoismenya. Buku ini mengungkapkan pikiran seorang korban, baik dari zaman Digul maupun zaman orde baru. Pembaca tidak harus mengakui kebenarannya, tetapi memahami kebenaran menurut dirinya. Pembaca diajak memasuki pikiran dan perasaan korban. Yang dibuang dan yang ditahan di kamp itu adalah saya sendiri yang berpola pikir seperti dia. Di situlah baru Anda mengadili “secara objektif” diri sendiri dan yang lain itu.