Masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia

Gambar Produk 1
Promo
Rp 10.000 Rp 5.000
Judul: Masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia
Penulis: Amen Budiman
Penerbit: Tanjung Sari, 1979
Isi: 80 Halaman (13 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF Scan

Masyarakat Islam Tionghoa merupakan sebuah kesatuan sosial yang telah lama dikenal dalam sejarah Indonesia. Pada masa kerajaan Majapahit, kesatuan sosial itu telah terjumpai di Jawa Timur, sedang pada jaman VOC jumlah anggotanya telah demikian banyak, hingga penguasa vac di Jakarta merasa perlu mengangkat seorang "kapten peranakan" khusus untuk membawahi mereka.

Sayang sekali kita tidak banyak mengetahui kesatuan sosial yang memikat hati. Sekalipun pada jaman penjajahan Belanda telah demikian banyak diterbitkan buku-buku dan berbagai macam karangan mengenai masyarakat dan kebudayaan Tionghoa di Indonesia, akan tetapi tidak ada sebuah buku dan karangan khusus mengenainya.

Pada lIIasa sekarang kita juga belum melihat adanya seorang ahli sejarah atau ahli anthropologi yang menaruh minat dan mengadakan penelitian khusus. Padahal, sebagian masyarakat Indonesia pernah menjadi heboh gara-gara terbitnya buku Prof Dr. Slamet Muljana "Runtuhnya Keradjaan Hindu Djawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam Di Nusantara" (1968), yang telah menumbuhkan sejumlah besar tokoh kerajaan Demak dan Wali Sanga sebagai orang-orang Tionghoa, ada yang totok, ada yang peranakan.

Amen Budiman, yang pada dewasa ini dikenal sebagai satu-satunya ekspert mengenai sejarah kota Semarang dan mempunyai banyak minat pada sejarah dan kebudayaan masyarakat pesisir utara tanah Jawa, telah menulis buku ini berdasarkan sumber-sumber kepustakaan yang memadai, di samping mengadakan penelitian lapangan. Oleh karenanya, seperti didambakan penulisnya, buku yang ugahari ini pasti akan merupakan sebuah karya pionir yang patut dibaca oleh siapa saja yang keeuali ingin mengetahui sedikit pemandangan mengenai masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia juga merindukan "kesatuan serta persatuan bangsa yang bersifat Bhineka Tunggal Ika berdasarkan Pancasila!.