Menggugat "Tuhan Yang Maskulin"
Judul: Menggugat "Tuhan Yang Maskulin"
Penulis: Kaukab Siddique
Penerbit: Paramadina, 2002
Isi: 199 Halaman (3 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF Scan
Apakah Allah itu laki-laki atau perempuan? Lalu apakah "hanya laki-laki yang menerima wahyu"? Apakah jenis kelamin Tuhan? Apakah perempuan bisa menjadi presiden? Apakah perempuan dapat menjadi imam salat berjamaah?
Pertanyaan-pertanyaan semisal dimunculkan oleh Kaukab Sidddique dalam buku ini. Kita tahu bahwa mengajukannya saja pertanyaan semacam itu adalah hal yang tabu, namun Kaukab justru mengulasnya dengan tuntas. Pertanyaan itu harus dijawab karena itulah yang selama ini "mengganjal" dan menjadi tulang punggung "agama laki-laki" un menindas perempuan.
Jika perempuan hendak dibebaskan, maka iman yang male oriented harus direkonstruksi. Tak boleh ada Tuhan yang berpihak ke salah satu jenis kelamin, karena Tuhan sendiri, kata Kaukab, tidak maskulin dan tidak pula feminin. Sementara sifat-Nya sendiri mencakup keduanya.
Selain memuat artikel-artikelnya pribadi, buku ini juga memuat tulisan-tulisan lain dari para aktifis perempuan, yang menyuarakan suara kaum perempuan. Buku ini memang bukan buku baru, tetapi tema-tema yang diangkatnya, selain masih tetap aktual, juga menggelitik dan mengundang penelitian lebih lanjut.
Penulis: Kaukab Siddique
Penerbit: Paramadina, 2002
Isi: 199 Halaman (3 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF Scan
Apakah Allah itu laki-laki atau perempuan? Lalu apakah "hanya laki-laki yang menerima wahyu"? Apakah jenis kelamin Tuhan? Apakah perempuan bisa menjadi presiden? Apakah perempuan dapat menjadi imam salat berjamaah?
Pertanyaan-pertanyaan semisal dimunculkan oleh Kaukab Sidddique dalam buku ini. Kita tahu bahwa mengajukannya saja pertanyaan semacam itu adalah hal yang tabu, namun Kaukab justru mengulasnya dengan tuntas. Pertanyaan itu harus dijawab karena itulah yang selama ini "mengganjal" dan menjadi tulang punggung "agama laki-laki" un menindas perempuan.
Jika perempuan hendak dibebaskan, maka iman yang male oriented harus direkonstruksi. Tak boleh ada Tuhan yang berpihak ke salah satu jenis kelamin, karena Tuhan sendiri, kata Kaukab, tidak maskulin dan tidak pula feminin. Sementara sifat-Nya sendiri mencakup keduanya.
Selain memuat artikel-artikelnya pribadi, buku ini juga memuat tulisan-tulisan lain dari para aktifis perempuan, yang menyuarakan suara kaum perempuan. Buku ini memang bukan buku baru, tetapi tema-tema yang diangkatnya, selain masih tetap aktual, juga menggelitik dan mengundang penelitian lebih lanjut.