Suluk Abdul Jalil: Perjalanan Ruhani Syaikh Siti Jenar (Buku Satu)

Gambar Produk 1
Promo
Rp 10.000 Rp 5.000
Judul: Suluk Abdul Jalil: Perjalanan Ruhani Syaikh Siti Jenar (Buku Satu)
Penulis: Agus Sunyoto
Penerbit: LKiS, 2011
Isi: 354 Halaman (5 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF

Buku-buku yang ditulis belakangan tentang tokoh kontroversial ini sekedar menjelaskan sebab musabab kenapa dia dihukum. Orang hampir tidak pernah disuguhi riwayat pribadinya sebagai manusia beriman. Buku ini memberikan perspektif baru dalam cara baca-pandang terhadap sejarah. Dengan merujuk kitab-kitab versi Cirebon, novel ini mampu menghadirkan sisi-sisi kemanusiawian Syaikh Siti Jenar.

Buku ini bercerita tentang tokoh besar di tanah jawa, Syekh Siti Jenar, a.k.a Syekh Lemah Abang, a.k.a San Ali. Cerita panjang mengenai latar belakang perjalanan hidupnya, jauh sebelum peristiwa perselisihannya dengan "Wali Sanga" yang berujung pada hukuman mati yang terkenal itu. Buku ini berupaya menggali sosok Syek Siti Jenar dari historiografi yang jarang dirujuk, naskah yang tersimpan di Kasultanan (kasunanan) Cirebon. Selain itu, buku ini menggali juga tradisi yang masih dilakukan oleh sejumlah pesantren di sekitaran Gunung Jati yang diwarisi sejak masa Syekh Siti Jenar nyantrik di sekitar wilayah Cirebon.

Hal penting yang jadi benang merah dalam buku ini adalah perbedaan perspektif. Buku ini mencoba membangun sebuah perspektif epik atas sosok Syekh Siti Jenar. Perspektif yang jarang bisa ditampilkan dari naskah lokal atau sumber lisan yang cenderung diamini masyarakat luas. Syekh Lemah Abang yang mewarisi hingga kini istilah Abangan bagi pengikutinya telah menjadi sisi terpinggirkan yang jarang diajak bicara, sehingga kerap pemahaman yang tersebar luas tak lain hanyalah obyektifikasi atas kelompok bisu berabad-abad. Buku ini kiranya bagian dari melihat kelompok abangan sebagai subjek yang berbicara (yang entah sama atau tidak dengan istilah yang digunakan Geertz, atau juga kelompok yang dilabeli sebagai kiri karena abangan juga bisa berarti merah). Apakah dengan buku ini kaum abangan berhasil menjadi subjek, meng-aku seperti junjungan mereka yang mencari aku-nya untuk bisa bertemu dengan Sang Aku?