Setelah Revolusi Tak Ada Lagi (Goenawan Mohamad)

Gambar Produk 1
Promo
Rp 10.000 Rp 5.000
Judul: Setelah Revolusi Tak Ada Lagi
Penulis: Goenawan Mohamad
Penerbit: Pustaka Alvabet, 2005
Isi: 512 Halaman (9 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF (teks tidak bisa dicopy)

Dalam buku ini, yang menghimpun tulisan-tulisannya selama 33 tahun, ia juga membicarakan Pramoedya, Kayam, Nurcholish Madjid, Soedjatmoko, Ketib Anom, Putu Wijaya, Saini K.M., Sapardi Djoko Damono, Sutan Takdir Alisjahbana, Subagio Sastrowardojo, Amir Hamzah, Trisno Sumardjo, Sjahrir. Semuanya disorotinya dengan perangkat kritik sastra, yang digunakannya dengan kemahiran tak tertara. Ia memanfaatkan mereka sebagai mikrofon untuk bertanya, bukan menjawab. Ia menjadikan mereka kendaraan untuk mencari, bukan menemukan. Esais terbaik Indonesia ini merasa lebih penting mencari dengan bertanya daripada menemukan dengan menjawab.

"Goenawan Mohamad pada tempat pertama adalah penyair. Esai-esainya bukanlah traktat yang sistematis, tetapi gabungan orisinil antara persepsi dan erudisi.Pemikirannya bahkan cenderung anti-sistematis, merangsang bukan meneguhkan, melempar pertanyaan bukan memberi pegangan, mendorong pencarian tanpa menjanjiakan penemuan. Esai-esainya adalah realisasi kebebasan dengan seluruh risikonya." - Ignas Kleden

"Goenawan Mohamad telah menegakkan suatu tradisi tersendiri dalam khazanah penulisan kita. Esai-esainya adalah ikhtiar untuk “mempertahankan sastra dari wabah bahasa resmi dan kesenian dari bahaya menjadi poster".” – Nirwan Dewanto

Goenawan Mohamad adalah orang Barat yang lahir di Batang. Ia membahas Brecht, Derrida, Adorno, Habermas, Nietcszhe, Camus, Benjamin dan banyak nama penting lain dalam jagat pemikiran Barat bagai berbincang akrab dengan teman dekat.