Hegemoni Rezim Intelijen: Sisi Gelap Peradilan Kasus Komando Jihad
Judul: Hegemoni Rezim Intelijen: Sisi Gelap Peradilan Kasus Komando Jihad
Penulis: Busyro Muqoddas
Penerbit: PUSHAM UII, 2011
Tebal: 499 halaman (4 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF
Karya ini merupakan prakarsa awal dari pengalaman langsung penulis sebagai aktivis. Dilema yang selalu saja jadi beban adalah bagaimana meletakkan tujuan pemenuhan keadilan dalam bayang prosedur hukum. Tanpa kenal rasa kuatir dulu, penulis meyakini bahwa jalan hukum bisa jadi pemukul ampuh bagi rezim yang telah membonsai kekuatan politik Islam jadi kendaraan kepentingannya. Istilah Komando Jihad muncul di tengah panggung politik yang sedang ricuh dengan pertarungan kompetitif antar para pengampu kebijakan. Mereka berusaha mengail kekeruhan yang berlangsung dengan memanfaatkan sentimen Islam Politik. Tangan-tangan Inteljen kemudian bekerja untuk mengoperasikan para aktor demi keberadaan sebuah panggung yang bernama pemberontakan. Terlebih UU Subversif secara langsung berlaku sebagai landasan untuk melakukan tuduhan. Tapi seluruh prakarya ini bisa berjalan sempurna karena wewenang Inteljen yang tanpa batas dan tidak dikendalikan. Inteljen membentuk naskah, mencari pelaku dan mengalirkan cerita dengan dibantu oleh lembaga peradilan. Praktek yang berjalan pada masa lalu ini sesungguhnya menggoreskan watak khas politik Indonesia: oppurtunis dan padat kekerasan. Maka penulis meyakini bahwa politik tanpa amanah suci publik hanya akan melahirkan keonaran dan anarkhi. Komando Jihad membangun bukti tambahan bahwa agama dapat diciutkan dalam kepentingan politik yang sempit bahkan mampu diarahkan untuk memenuhi hasrat kepentingan elit politik.
Penulis: Busyro Muqoddas
Penerbit: PUSHAM UII, 2011
Tebal: 499 halaman (4 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF
Karya ini merupakan prakarsa awal dari pengalaman langsung penulis sebagai aktivis. Dilema yang selalu saja jadi beban adalah bagaimana meletakkan tujuan pemenuhan keadilan dalam bayang prosedur hukum. Tanpa kenal rasa kuatir dulu, penulis meyakini bahwa jalan hukum bisa jadi pemukul ampuh bagi rezim yang telah membonsai kekuatan politik Islam jadi kendaraan kepentingannya. Istilah Komando Jihad muncul di tengah panggung politik yang sedang ricuh dengan pertarungan kompetitif antar para pengampu kebijakan. Mereka berusaha mengail kekeruhan yang berlangsung dengan memanfaatkan sentimen Islam Politik. Tangan-tangan Inteljen kemudian bekerja untuk mengoperasikan para aktor demi keberadaan sebuah panggung yang bernama pemberontakan. Terlebih UU Subversif secara langsung berlaku sebagai landasan untuk melakukan tuduhan. Tapi seluruh prakarya ini bisa berjalan sempurna karena wewenang Inteljen yang tanpa batas dan tidak dikendalikan. Inteljen membentuk naskah, mencari pelaku dan mengalirkan cerita dengan dibantu oleh lembaga peradilan. Praktek yang berjalan pada masa lalu ini sesungguhnya menggoreskan watak khas politik Indonesia: oppurtunis dan padat kekerasan. Maka penulis meyakini bahwa politik tanpa amanah suci publik hanya akan melahirkan keonaran dan anarkhi. Komando Jihad membangun bukti tambahan bahwa agama dapat diciutkan dalam kepentingan politik yang sempit bahkan mampu diarahkan untuk memenuhi hasrat kepentingan elit politik.