Memelihara Umat: Kiai Pesantren, Kiai Langgar Di Jawa

Gambar Produk 1
Promo
Terlaris
Rp 10.000 Rp 5.000
Judul: Memelihara Umat: Kiai Pesantren, Kiai Langgar Di Jawa
Penulis: Pradjarta Dirdjosanjoto
Penerbit: LKiS, 1999
Tebal: 342 halaman (4 MB)
Bahasa: Inggris
Format: Ebook PDF

Melengkapi studi-studi terdahulu mengenai pesantren, buku ini ingin mengeksplisitkan masalah tersebut dengan suatu deskripsi yang lengkap mengenai pola hubungan ketiganya: kiai/pesantren, masyarakat sekitar yang santri dan masyarakat sekitar yang abangan, bahkan antarkiai/pesantren sendiri. Tesisnya bergerak antara Geertz dan Horikoshi di atas, yakni tak menolak kiai sebagai makelar budaya (Geertz) maupun juga sebagai entrepreuner sejati (Horikoshi). Terlihat dengan begitu spektrum
luas dinamika kehidupan desa secara umum dan pesantren secara khusus, dalam tarik menarik budaya dan politik tingkat desa. Pada keseluruhannya, kiai terus berjuang antara gempuran perubahan dan upaya mempertahankan identitas lokal.

Ditonjolkan di sini peran kiai langgar, yang dalam banyak studi mengenai kehidupan pesantren sebelumnya, tidak terlalu kelihatan. Kendati tunduk pada kiai pesantren, kiai langgarlah pada kenyataannya yang memiliki hubungan langsung dengan umat. Kiai langgar bisa menjadi perantara hubungan kiai pesantren dan umat. Selain itu dikemukakan pula, institusi-institusi budaya seperti haul (khol), sebagai perjumpaan budaya antara kiai/pesantren, masyarakat luar yang santri, masyarakat luar yang abangan, para alumni pondok dan seterusnya.

Subjek kawasan telaah dalam buku ini adalah Kewedanan Tayu, Kabupaten Pati. Seperti daerah pantai lainnya, Tayu merupakan kantong masyarakat Islam tradisional. Di salah satu bagian daerahnya, dikenal ada desa pesantren (Kajen). Tayu, secara historis adalah kawasan desa di Jawa yang termasuk paling awal diterpa gelombang perubahan yang menggoncang tatanan tradisionalnya. Sejak tahun 1850 di daerah ini telah dikembangkan budidaya tebu untuk memasok pasar internasional dan kemudian
budidaya kapas. Tak heran Tayu menjadi daerah yang memikat untuk telaah mengenai perubahan. Tahun 1930, sosiolog kenamaan zaman kolonial, D. H. Burger, mengangkat Tayu sebagai subjek telaah mengenai perubahan desa. Tahun 1970-an, sosiolog-antropolog Belanda lainnya, Frans Husken, kembali mengangkat Tayu sebagai subjek bahasan ilmiahnya.

Buku ini, semula merupakan disertasi di Department of Cultural Anthropology/Sociology of Development, Vrije Universiteit, Amsterdam, di bawah bimbingan Prof. Dr. J. W. Schoorl, Prof. C. van Dijk dan Dr. Ph. Quarles van Ufford, serta perkawanan ilmiah yang intensif dengan ahli Indonesia seperti Prof. Dr. F. Husken dan G. Schulte Nordholt. Semula edisi Indonesianya yang terbatas sudah terbit dengan judul Memelihara Umat: Kyai di Antara Usaha Pembangunan dan Mempertahankan Identitas Lokal di Daerah Muria, (VU University Press, Amsterdam, 1994). Penulis ini, Pradjarta Dirdjosanjoto, yang kini menjadi pengajar tetap di Universitas Semarang, sebenarnya seorang alumni Fakultas Hukum, yang belakangan meminati antropologi, dan banyak terlibat dalam penelitian sosial, di bekas almamaternya, Universitas Kristen Satwa Wacana, Salatiga. Sekarang ia mengajar di Universitas Semarang. Kami hadirkan buku ini untuk melengkapi pustaka sosiologi/antropologi pesantren, yang belakangan ini kian dirasakan signifikansinya dalam proses maju bersama sebagai bangsa. Semoga juga, buku ini bisa menjadi contoh pemahaman antarbudaya yang baik.