Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit)
Judul: Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit)
Penulis: Slamet Muljana
Penerbit: LKiS, 2012
Isi: 286 halaman (33 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF Scan
Karya yang ada di tangan pembaca ini memfokuskan kajiannya pada masa-masa awal berdirinya kerajaan Majapahit hingga mencapai kejayaannya di tangan Gadjah Mada. Mengapa
Majapahit? Pertama, karena Majapahit adalah ikon peradaban Hindu-Jawa yang tertua di Jawa. Selama kira-kira 233 tahun Majapahit berdiri di tanah J awa: 184 tahun sebagai kerajaan yang merdeka, dan 49 tahun sebagai negara bawahan. Dalam usia setua itu, tak heran begitu banyak torehan sejarah yang telah dihasilkan Majapahit. Pelbagai jenis artefak budaya dan sosial banyak dibangun pada masa Majapahit memerintah, termasuk sejumlah besar peninggalan dan pusaka yang kini dilestarikan sebagai II cagar budaya" di tempat-tempat di Jawa.
Alasan kedua lebih II politis". Majapahitlah kerajaan pertama yang membalik orientasi sosial-politik masyarakat Jawa kembali ke II pedalaman", dari orientasi budaya pesisir sebelumnya yang lebih kosmopolit. Dengan munculnya Majapahit, budaya-budaya yang lebih terbuka dan rasional digeser dengan mistifikasi politik di tangan penguasa. Bisa dikatakan, sejarah Majapahit adalah sejarah yang sarat dengan mitos politik. Misalnya, mitos tentang Ken Arok sebagai II putra dewa", a tau "mitos" bahwa Gadjah Mada adalah "peletak" pertama konsep kesatuan Nusantara. Mitos-mitos ini baru terungkap beberapa waktu kemudian, ketika terbukti bahwa kesatuan Nusantara yang dibayangkan oleh Gadjah Mada juga ditegakkan dengan kekerasan dan penundukan.
Buku ini tentu saja tidak hendak melakukan telaah kritis terhadap sejarah Majapahit. Ia lebih mencoba mendokumentasikan Majapahit II dari dalam", dari kisah dan mitos yang beredar seputar tokoh-tokoh di balik kejayaan Majapahit. Pembaca bisa menikmati sendiri kisah Majapahit, langsung dari dua sumbernya yang terpercaya, Nagarakretagama dan Pararaton. Terlepas dari kekurangannya, dua karya ini memiliki kedudukan tersendiri dalam penyusunan sejarah Majapahit, karena ditulis oleh saksi sejarah pada zamannya.
Penulis: Slamet Muljana
Penerbit: LKiS, 2012
Isi: 286 halaman (33 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF Scan
Karya yang ada di tangan pembaca ini memfokuskan kajiannya pada masa-masa awal berdirinya kerajaan Majapahit hingga mencapai kejayaannya di tangan Gadjah Mada. Mengapa
Majapahit? Pertama, karena Majapahit adalah ikon peradaban Hindu-Jawa yang tertua di Jawa. Selama kira-kira 233 tahun Majapahit berdiri di tanah J awa: 184 tahun sebagai kerajaan yang merdeka, dan 49 tahun sebagai negara bawahan. Dalam usia setua itu, tak heran begitu banyak torehan sejarah yang telah dihasilkan Majapahit. Pelbagai jenis artefak budaya dan sosial banyak dibangun pada masa Majapahit memerintah, termasuk sejumlah besar peninggalan dan pusaka yang kini dilestarikan sebagai II cagar budaya" di tempat-tempat di Jawa.
Alasan kedua lebih II politis". Majapahitlah kerajaan pertama yang membalik orientasi sosial-politik masyarakat Jawa kembali ke II pedalaman", dari orientasi budaya pesisir sebelumnya yang lebih kosmopolit. Dengan munculnya Majapahit, budaya-budaya yang lebih terbuka dan rasional digeser dengan mistifikasi politik di tangan penguasa. Bisa dikatakan, sejarah Majapahit adalah sejarah yang sarat dengan mitos politik. Misalnya, mitos tentang Ken Arok sebagai II putra dewa", a tau "mitos" bahwa Gadjah Mada adalah "peletak" pertama konsep kesatuan Nusantara. Mitos-mitos ini baru terungkap beberapa waktu kemudian, ketika terbukti bahwa kesatuan Nusantara yang dibayangkan oleh Gadjah Mada juga ditegakkan dengan kekerasan dan penundukan.
Buku ini tentu saja tidak hendak melakukan telaah kritis terhadap sejarah Majapahit. Ia lebih mencoba mendokumentasikan Majapahit II dari dalam", dari kisah dan mitos yang beredar seputar tokoh-tokoh di balik kejayaan Majapahit. Pembaca bisa menikmati sendiri kisah Majapahit, langsung dari dua sumbernya yang terpercaya, Nagarakretagama dan Pararaton. Terlepas dari kekurangannya, dua karya ini memiliki kedudukan tersendiri dalam penyusunan sejarah Majapahit, karena ditulis oleh saksi sejarah pada zamannya.