Teater Monoplay dan Musikal: 5 Naskah Cinta dan Diskriminasi dari Puisi Esai Denny JA

Gambar Produk 1
Promo
Rp 10.000 Rp 5.000
Judul: Teater Monoplay dan Musikal: 5 Naskah Cinta dan Diskriminasi dari Puisi Esai Denny JA
Penulis: Indra Tranggono, Isti Nugroho, Denny JA dkk
Penerbit: Teplok Press, 2012
Isi: 242 Halaman (9 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF

Teater Monoplay sebagai suatu jenis tontonan belum terlalu populer di Indonesia sebagai mana teater atau seni tradisional lainnya. Padahal sebagai jenis teater atau drama, monoplay termasuk dalam seni pertunjukan yang menarik. Monoplay sering dimengerti sebagai kompilasi monolog atau sebagai antologi monolog atau monolog yang dimainkan oleh beberapa pemain. Bukan ! Yang membedakan teater dengan Monoplay hanya soal dialog, di atas panggung aktor-aktor teater saling berdialog satu sama lain, kalau dalam
monoplay aktornya bermain sendiri tanpa ada lawan dialog. Monolog sering hanya dimainkan oleh satu aktor, sedangkan monoplay dimainkan oleh beberapa aktor yang dalam permainannya itu para pemain diikat oleh alur cerita atau tema cerita.

Drama monoplay sebagai “jenis tontonan alternatif” berkolaborasi puisi esai yang juga merupakan genre baru sastra Indonesia dalam konteks ini berbicara mengenai anti diskriminasi. Yayasan Denny JA untuk Indonesia tanpa Diskriminasi yang concern terhadap masalah-masalah diskriminasi yang belum selesai di bumi pertiwi ini.

Sebelum menerbitkan buku teater monoplay Yayasan Denny JA juga membuat film dan membuat rekaman pembacaan puisi yang dibacakan oleh Putu Wijaya, Sutarji Colzum Bachri, Ninik El Karim dan Ine Febrianti.

Dalam rangka menyambut hari sumpah pemuda yang ke 84 penerbit Teplok Press menganggap perlu menerbitkan buku Teater Monoplay dan Musikal lima naskah drama monoplay yang diambil dari puisi esai karya Denny JA. Agar semangat sumpah pemuda yang menggambarkan ke-bhinekaannya tertanam dalam jiwa generasi muda di masa depan. Kelima naskah ini menggambarkan situasi Indonesia yang masih terdiskriminasi.

Semoga buku ini membuka cakrawala budaya membangun Indonesia yang menjunjung tinggi ke-bhinekaan yang tidak diskriminatif.